Category Archives: Uncategorized

Masjid Amir Hamzah TIM di Tempat Parkir Bawah Tanah


Kabar tentang Dunia Islam

Masjid Parkir 2

Sejak dibongkar Masjid Amir Hamzah TIM pada September 2013, ternyata hingga 18 Januari 2015 ini belum dibangun Masjid Penggantinya. Yang ada adalah tempat parkir bawah tanah yang lantainya dinaikkan sekitar 30 cm dan dijadikan masjid. Tanpa dinding pelindung. Luasnya sekitar 1/4 Masjid Amir Hamzah yang sudah dibongkar.

Tempatnya ada AC dan Kipas angin. Jadi cukup sejuk. Namun untuk ke basement tsb melewati tangga dan tempat parkir yang lumayan sepi. Jadi bagi wanita yang ingin pergi ke masjid tsb seorang diri, rawan juga.

Lihat pos aslinya 47 kata lagi

PERSAHABATAN


Sahabat yang dikasihi Allah,
Setiap manusia senantiasa ingin sahabat yang akan bersama-samanya semasa susah dan senang. Keperluan kepada sahabat adalah fitrah manusia. Rasulullah s.a.w sendiri mempunyai sahabat-sahabat yang setia, yang sentiasa bersama-sama baginda di dalam menjalankan kerja-kerja dakwah dan tarbiyah, bermula di Mekah dan seterusnya di Madinah hingga tertegaknya Daulah Islamiyah di Madinah.

Kita juga perlu seorang sahabat, melalui sahabatlah kita akan mendapat menyelesaikan berbagai masalah yang kita hadapi. Sahabat adalah penasihat utama kita, bila penasihat itu baik, maka jadi baiklah kita, begitu juga apabila penasihat itu tidak baik maka akan berlaku sebaliknya.

Dari Abu Hurairah r.a sabda Rasulullah s.a.w :
“Seseorang itu atas agama (perjalanan) sahabatnya, maka hendaklah seseorang kamu memerhatikan siapa harus di pilih menjadi sahabat.”
(Hadis Riwayat Abu Daud, At-Tarmizi dan al-Hakim)

Berdasarkan hadis di atas Rasulullah menyatakan bahawa apabila kita ingin mencari sahabat maka hendaklah cari sahabat yang mendekatkan kepada agama, berbudi pekerti dan akhlak yang baik, tidak fasik, tidak selalu melihat pada hal keduniawian saja . Jika dia seorang ahli agama maka kita juga akan menjadi ahli agama. Jika sebaliknya kita memilih sahabat yang suka kepada maksiat kita juga akan terdorong untuk melakukan maksiat.

Bersahabatlah karena Allah

Ingatlah wahai saudaraku -semoga Allah menunujuki kita untuk taat kepada-Nya-, bahwa tujuan kita bersahabat adalah senantiasa untuk mengaharap ridho Allah Ta’ala. Dan janganlah sekali-kali persahabatan tersebut dijadikan untuk mendapatkan kepentingan dunia semata.

Persahabatan yang dilandaskan saling cinta karena Allah itulah yang akan mendapatkan manisnya iman, sebagaimana Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,”Ada tiga perkara yang apabila seseorang memilikinya akan mendapatkan manisnya iman, yaitu Allah dan Rosul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, dia mencintai seseorang tidaklah dia mencintainya kecuali karena Allah, dan dia tidak suka kembali kepada kekufuran setelah Allah membebaskan darinya sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam api.” (HR. Bukhari)

Di samping itu, persahabatan seperti inilah yang akan kekal hingga hari kiamat nanti, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman yang artinya,”Teman-teman akrab pada hari (kiamat) nanti sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.”(QS. Az Zukhruf : 67).

Imam Ibnu Katsir rohimahulloh mengatakan bahwa setiap persahabatan yang dilandasi cinta karena selain Allah, maka pada hari kiamat nanti akan kembali dalam keadaan saling bermusuhan. Kecuali persahabatannya dilandasi cinta karena Allah ‘azza wa jalla, inilah yang kekal selamanya. (Tafsir Ibnu Katsir)

Maka perhatikanlah wahai saudaraku, sudah benarkah niat kita dalam bersahabat? Apakah persahabatan tersebut hanya untuk menyelesaikan urusan duniawi semata? Setelah urusan tersebut selesai, kita meninggalkan sahabat kita .. Ingatlah, persahabatan yang benar adalah persahabatan yang dilandasi cinta karena Allah, yaitu seseorang mencintai sahabatnya karena tauhid yang dia miliki, pengagungan dia kepada Allah, dan semangatnya dalam mengikuti sunnah Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam.

Firman Allah subhana wa Ta’ala :
“Dan jadikanlah dirimu sentiasa berdamping rapat dengan orang-orang yang beribadat kepada Tuhan mereka pada waktu pagi dan petang, yang mengharapkan keredhan Allah semata-mata dan janganlah engkau memalingkan pandanganmu daripada mereka hanya karena engkau inginkan kesenangan hidup di dunia; dan janganlah engkau mematuhi orang yang Kami lalaikan hatinya dari mengingati dan mematuhi pengajaran Kami di dalam Al-Quran, serta dia menurut hawa nafsunya, dan tingkah lakunya pula adalah melampaui kebenaran,”
(Surah Al-Kahfi ayat 28)

Berdasarkan ayat di atas terdapat tiga pengajaran yang boleh kita ambil :

1.Bersahabatlah dengan orang-orang yang sentiasa beribadat kepada Allah dan mengharap keredhan-Nya.

2.Jangan menjauhi diri dari orang-orang ahli ibadat, semata-mata karena mengejar kesenangan dunia.

3.Jangan bersahabat dengan orang-orang fasik serta mematuhi dan mengikut perbuatannya.

Sahabat yang dimuliakan,

Ulama’ Salaf ada memberi nasehat :

“Carilah banyak sahabat yang solih, dan taatlah kepada Allah dengan sebenar-benar taat. karena sesungguhnya tiap-tiap mukmin itu mempunyai syafaat. Maka semoga engkau dapat masuk ke dalam syafaat sahabatmu. Orang-orang beriman dan beramal soleh dapat memberi syafaat (pertolongan) kepada sahabat-sahabatnya dan membawa masuk kedalam Syurga. Dikatakan juga , apabila Allah s.w.t. mengampunkan dosa seseorang, maka orang tersebut akan dapat memberi syafaat kepada sahabat-sahabatnya., atas seijin Allah. Karena hanya milik Allah lah segala syafaat. Dan Allah memberi rahmat bagi sesiapa yang Dia kehendaki.

Dan hanya kepada Allah lah orang-orang mukmin bertawakal (QS Ali Imran : 160)

“Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasulnya (Muhammad), maka mereka bersama-sama orang-orang yang diberi ni’mat oleh Allah atas mereka dari para Nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shaleh, dan mereka itulah teman sebaik-baiknya ( QS An Nisaa : 69)

“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang solih dan orang yang jahat adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan tukang besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak wangi olehnya, engkau boleh membeli darinya atau sekurang-kurangnya dapat baunya. Adapun berteman dengan tukang besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, paling kurang engkau dapat baunya yang tidak elok.”
(Hadis Riwayat Imam al- Bukhari dari Abu Musa.)

“Barangsiapa menutup rahasia saudaranya, niscaya Allah akan menutup rahasianya di dunia dan akhirat.”
(Hadis Riwayat Ibnu Majah)

“Janganlah kamu bermusuh-musuhan, jangan benci-membenci, jangan dengki-mendengki, jangan berputus hubungan antara satu sama lain, dan jadilah kamu sekalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara.”
(Hadis Riwayat Muslim)

Bila kita bersahabat dengan sahabat yang baik dan sejati karena untuk mendapatkan ridha dan kecintaan Allah, maka semoga kelak Allah mengumpulkan kembali bersama di akhirat dalam naungan dan kecintaan Nya . aamiin.persahabatan

Pendapat Ulama: ISIS Sesat dan Menyesatkan


yukks dibaca biar kita enggak keblinger heheee

Kabar tentang Dunia Islam

Jumhur Ulama Menentang ISIS Jumhur Ulama Menentang ISIS

Ada beberapa penyimpangan ISIS dari Islam:

1. Dengan beranggotakan 30.000 pasukan, mereka nyatakan Negara Islam Iraq dan Suriah di wilayah Iraq dan Suriah. Otomatis mereka harus berperang dengan 300.000 pasukan Iraq dan Suriah yang notabene merupakan musuh Israel dalam perang Arab -Israel di tahun 1948, 1967, dan 1973. Ini menimbulkan fitnah. Pertumpahan darah. Melemahkan musuh2 Israel. Ini makar dari Israel.

2. Meski rezim zionis Israel menyerang Gaza pada bulan Agustus 2014 kemarin sehingga lebih dari 2.000 rakyat Gaza tewas, ISIS tidak mau membantu ummat Islam di Gaza melawan Israel. Yang dibunuh ISIS sebagian besar justru ummat Islam di Suriah, Iraq, dan Lebanon.

3. ISIS mendeklarasikan Negara Islam tanpa musyawarah dengan para Ulama. Ulama / rakyat yang tidak mau melakukan bai’at terhadap ISIS langsung disembelih secara sadis.

Lihat pos aslinya 1.158 kata lagi

SIKSAAN NERAKA  


 

Image

Tentang siksaan orang-orang kafir dan zalim di dalam Jahanam, Allah SWT berfirman :

“Hai orang-orang beriman, peliharalah diri dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah (tubuh) manusia dan bebatuan; penjaganya para malaikat yang kasar, keras, (dan) tidak ( pernah) membantah kepada Allah atas apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang di perintahkan“ (QS at-Tahrim [66]: 6).

 

Ada pun kedudukan orang-orang munafik akan berada di kerak/ dasar neraka yang paling bawah.“Sesungguhnya orang-orang munafik itu berada pada tingkatan yang paling bawah dari neraka dan kamu sekali-kali tidak mendapat se orang penolong pun bagi mereka” (QS an-Nisa[4]: 145).

 

Di akhirat para penghuni neraka akan menjalani hukuman berupa siksa yang sangat pedih. Siksaan yang mereka derita dalam neraka itu bermacam-macam sekali, sebagaimana yang difirmankan Allah seperti berikut:

  • “Dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka.” (At-Taubah [9]:35)
  • “Ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, supaya mereka diseret, kedalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api.”(Al-Mu’min [40]:71-72)
  • “Peganglah dia kemudian seretlah dia ketengah-tengah neraka. Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya seksaan (dari) air yang amat panas. Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia.” (Ad-Dukhan [44]:47-49)
  • “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya kelehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.” (Al-Haqqah [69]:30-32)
  • “Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian dari api neraka, disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala-kepala mereka. Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada di dalam perut mereka dan juga kulit-kulit mereka. Dan cambuk-cambuk dari besi. Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, maka mereka dikembalikan kedalamnya, (serta dikatakan kepada mereka): “Rasailah azab yang membakar ini.” (Al-Hajj[22]:19-22)

 

Allah SWT juga mengingatkan kepada manusia bahwa siksa neraka amatlah pedih.

“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami kelak akan Kami masukan ke dalam neraka Jahanam. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami mengganti kulit mereka dengan kulit yang baru supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS an-Nisa[4]:56)

 

Sadarilah wahai teman bahwa kita hidup di dunia ini hanya sementara, manfaatkan lah hidup ini dengan sebaik-baiknya. Sesungguhnya kehidupan akhirat adalah kehidupan yang kekal dan abadi. Apa yang kita sombongkan di muka bumi ini ?…. sesungguhnya hanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Iktikaf nya Muslimah


Dari Aisyah , ia menceritakan :

Rasulullah pernah beri’tikaf pada sepuluh malam yang terakhir dari bulan Ramadhan, sampai saat beliau dipanggil oleh Allah(meninggal dunia).(Muttafaqun Alaih)

Wanita muslimah diperbolehkan beri’tikaf di masjid manapun,karena tidak ada kewajiban baginya untuk mengerjakan i’tikaf di masjid yang biasa digunakan untuk shalat berjamaah. Akan tetapi, tidak diperbolehkan beri’tikaf dirumah, demikian menurut Imam Asy-Syafi’i.

Diceritakan dari Abu Hanifah,bahwa ia tidak membenarkan i’tikaf wanita muslimah di masjid yang digunakan untuk shalat berjamaah. Karena Nabi tidak beri’tikaf di masjid ketika melihat kemah-kemah para istrinya berada didalam masjid, seraya berucap : Apakah kebaikan yang kalian kehendaki? Selain itu, juga karena masjid dirumahnnya merupakan tempat yang utama bagi shalatnya, sekaligus menjadi tempat i’tikafnya (para wanita, istri-istri beliau), dimana kedudukannya sama dengan masjid bagi orang laki-laki.”

Bagi wanita Muslimah yang beri’tikaf diperintahkan untuk tidak saling melihat antara satu dengan lainnya. Juga hendaknya kemah-kemah mereka itu tidak didirikan di tempat shalat laki-laki,sehingga tidak memotong barisan mereka dan mempersempit ruangannya.

Uhttps://senyumksikamu.wordpress.com/wp-admin/post-new.phpmat Islam Dilarang Bercerai-berai


Image

Dunia politik umat Islam di Indonesia tercerai-berai dalam beberapa partai politik, baik parpol berasaskan Islam maupun parpol berbasis massa umat Islam. Padahal dari proses hitung cepat pada pemilihan legislatif yang baru lalu, total perolehan parpol Islam tidak kurang dari 32%, sebuah angka yang dapat ditukar secara langsung dengan tiket pencalonan presiden yang mensyaratkan perolehan minimal 20% anggota legislatif pusat atau perolehan 25% pemilihan tingkat nasional bagi parpol yang akan mencalonkan presidennya sendiri tanpa koalisi.

Larangan Bercerai-berai

Sudah berulangkali umat Islam diseru untuk bersatu, baik pada level lokal, nasional, regional maupun internasional. Sesungguhnya seruan yang lebih tepat adalah “larangan untuk bercerai-berai”, bukan untuk bersatu, sebagaimana Allah Swt menyeru dalam Alquran:

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. (QS. Ali Imran:105)

Disamping kita diseru oleh Allah Swt untuk tidak bercerai-berai ataupun berselisih, kita juga diseru-Nya untuk bersama-sama berpegang erat pada tali (agama) Allah:

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali Imran: 103)

Persatuan pada hakikatnya merupakan “hasil”, bukan “tujuan”, dari kesungguhan umat berpegang teguh pada agama Allah yaitu Alquran dan sunah Nabi Saw. Dengan berjamaah berpegang teguh pada Alquran dan As-sunah maka otomatis umat akan bersatu, kebalikannya dengan mengikuti jalan-jalan selain yang telah diajarkan Alquran dan As-Sunah maka otomatis umat akan bercerai berai:

 dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (QS. An-Naml: 153)

Allah azza wa jalla yang dapat mempersatukan umat Islam, bukan kemauan semata umat itu sendiri:

dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Anfal: 63)

Nabi SAW mengajarkan agar umat Islam menjaga diri dari perselisihan satu sama lain dalam segala hal, bahkan termasuk dalam hal mendalami Al-Quran:

Telah menceritakan kepada kami Ishaq telah mengabarkan kepada kami Abdushshamad telah menceritakan kepada kami Hammam telah menceritakan kepada kami Abu ‘Imran Al Jauni dari Jundab bin Abdullah bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Bacalah alquran, selama menjadikan hati kalian bersatu padu, namun jika kalian berselisih, tinggalkanlah.” Abu Abdullah berkata, Yazid bin harun berkata dari Harun Al Al’war telah menceritakan kepada kami Abu Imran dari Jundab dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. Bukhari).

Kondisi yang ada dewasa ini betapa umat Islam mudah sekali berselisih, bercerai-berai, saling menghujat, saling pecat-memecat dalam berorganisasi, perang saudara dan sebagainya, untuk kepentingan yang sebagian besar urusan duniawi belaka. Sedangkan berselisih dalam mendalami Alquran saja dilarang oleh Nabi SAW apatah lagi berselisih dalam urusan lainnya.

Umat Bersatu tidak akan Terkalahkan

Sering kita dengar dalam pengajian atau berbagai pernyataan bahwa jika umat bersatu maka tidak akan terkalahkan. Sebetulnya kata-kata itu bukan semata kata-kata sloganistis, melainkan kata-kata yang mengandung kebenaran berdasarkan hadits Nabi SAW yang cukup panjang tapi saya ambil bagian yang langsung terkait saja:

Aku (Allah SWT) tidak akan menjadikan umatmu dikuasai oleh musuh dari luar mereka yang melucuti pelindung kepala mereka, meskipun mereka diserang dari berbagai penjuru, kecuali jika sesama umatmu saling menghancurkan dan saling menawan (HR. Muslim).

Untuk itu umat Islam perlu melakukan instrospeksi dengan siapa akan bersatu atau berkoalisi sebagaimana telah diperingatkan Nabi Saw:

Dari Abu Hurairah RA, bahwa Nabi Saw bersabda, “Agama seseorang itu cenderung mengikuti agama temannya, oleh karena itu setiap orang dari kalian hendaknya melihat (memperhatikan) siapa yang ia pergauli.” {Musnad abu Dawud (4833), Hasan. At-Tirmidzi (2497)}

Nabi Saw juga telah memperingatkan:

Dari Abu Hurairah ra (hadits ini sampai kepada Rasulullah Saw secara marfu’). Beliau bersabda, “Ruh-ruh itu laksana tentara yang bersenjata, mereka yang saling mengenal (cocok) akan bersatu, dan yang bertentangan akan bercerai berai (berselisih).” {Sunan Abu Dawud (4834), Shahih: Al Misykah (5003) edisi kedua, Adh-Dha’ifah (5527): Muslim, Bukhari dengan komentar dari hadits Aisyah RA.}

Ada sebuah ungkapan yang terkenal dewasa ini yaitu “the law of attraction”, yang artinya kurang lebih seseorang akan tertarik satu sama lain jika ada kesamaan pikiran. Ungkapan ini menyerupai dengan hadits terakhir di atas.

Lantas bagaimanakah agar kita bisa menjadi ruh-ruh yang saling cocok satu sama lain? Tidak ada jalan lain kecuali kita mengikuti perintah Allah Swt sebagaimana telah disebut di atas: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai…”

Wallaahua’lam bisshawab.

[M. Luthfie Hakim, Wapemred Tabloid SI]

Sumber: http://www.suara-islam.com/read/index/10702/-Umat-Islam-Dilarang-Bercerai-Berai

Karakteristik Dakwah Nabi Muhammad SAW


Ketika kita telah melihat dan mengetahui bagaimana akhlak Nabi yang mulia tersebut, tentu kita sebagai umatnya ingin sekali seperti beliau, karena beliau adalah sebaik-baiknya panutan. Bahkan dalam perkara akhlak, beliau sangat menekankan kepada umatnya. Namun, bukan hanya dari segi akhlak saja yang kita harus tunduk dan patuh sebagaimana yang beliau lakukan, akan tetapi dari segi metode beliau dalam menyampaikan risalah Islam pun harus kita ikuti. Itu jika kita benar-benar ingin mengatakan bahwa beliau adalah suri tauladan kita dalam kehidupan kita, terlebih lagi dalam hal berdakwah sebagai wujud untuk menyampaikan atau melanjutkan risalah Islam sebagai solusi atas segala permasalah yang menimpa dunia karena Islam adalah solusi, Islam al huwal hal.

Siapa saja yang mau sungguh membaca dan mengkaji sirah nabawiyah, tentu akan sangat mudah melihat bagaimana metode dakwah Rasulullah sejak melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3 tahun di Makkah, kemudian dakwah secara terang-terangan selama 10 tahun di Makkah, hingga ketika berhasil mendirikan Daulah Islam di Madinah al Munawarah dalam fase dakwah selama 10 tahun yakni dakwah beliau memilki karakter khas yaitu dakwah Pemikiran, Politik dan Anti Terhadap Kekerasan.

1.    Dakwah Pemikiran

Sejak diangkat menjadi Nabi sekaligus sebagai Rasul yang di utus oleh Allah swt, Nabi Muhammad saw telah mendakwahkan pemikiran kepada warga kota Makkah. Beliau menanamkan kalimat tauhid Lâ ilâha illallâh kepada masyarakat kafir quraysi, agar masyarakat kala itu tidak lagi menyembah patung-patung berhala yang mereka buat sendiri kemudian mereka sembah. Rasulullah berusaha merubah mindset atau pola fikir mereka dengan kalimat tauhid tersebut.

Begitu pula, pemikiran Islam yang ditanamkan Rasul tentang kehidupan setelah dunia telah mengubah persepsi tentang kebahagiaan pada diri umat, dari sekedar pemenuhan syahwat dengan segala kenikmatan dunia beralih kepada mencari ridha Allah Swt. Nampaklah kaum muslim binaan Nabi tidak takut akan kematian, dan berharap syahid di jalan Allah SWT.

Selain itu, banyak sekali nash-nash Al Quran maupun perbuatan Nabi yang menunjukkan adanya pergolakan pemikiran (shirâ’ul fikriy) untuk menentang ideologi, peraturan dan ide kufur. Juga, beliau menentang akidah yang rusak, ide-ide yang keliru dan pemahaman yang rancu. Beliau melakukannya dengan cara menjelaskan kepalsuan, kesalahan dan pertentangannya dengan Islam untuk memurnikan dan menyelamatkan masyarakat dari ide-ide tersebut, serta dari pengaruh dan dampak buruknya.

2.    Dakwah Politik

Ada sebagian umat Islam yang memisahkan politik dari Islam. Bahkan ada yang beranggapan bahwa politik tidak boleh dibicarakan dimasjid-masjid, karena politik itu adalah najis dan kotor. Mungkin saja itu karena ketidakfahaman akan hakikat dari politik itu sendiri, karena mungkin saja mereka-mereka yang mengatakan demikian karena melihat kehidupan berpolitik di negari ini yang memang tidak berpoliti secara Islam, akibat dari system kehidupan demokrasi yang memang jauh dari nilai-nilai keislaman. Oleh karena itu merupakan tugas kita dalam menjelaskan dan memahamkan kepada mereka apa itu politik di dalam Islam dan tentunya dengan merujuk kepada dalil berupa aktivitas Rasulullah dalam berpolitik.

Secara umum, politik adalah memelihara urusan umat (As siyâsah hiya ri’âyatu syu`ûnil ummah). Sedangkan politik Islam berarti memelihara dan mengatur urusan masyarakat dengan hukum-hukum Islam dan dipecahkan sesuai dengan syariat Islam. Sirah Rasul saw dan banyak ayat Al Quran menunjukkan bahwa aktivitas dakwah beliau merupakan aktivitas yang bersifat politik. Beliau dalam segenap aktivitasnya senantiasa memperhatikan dan memelihara urusan masyarakat agar sesuai dengan hukum-hukum syara yang diturunkan Allah Swt. Diantara aktivitas politik yang beliau dan sahabatnya lakukan adalah:

a.  Mendidik masyarakat dengan tsaqofah Islam supaya mereka dapat menyatu dengan Islam, agar mereka terbebas dari akidah yang rusak, pemikiran yang salah, dan dari pemahaman yang keliru serta pengaruh ide-ide dan pandangan kufur.

b.  Pergolakan pemikiran yang nampak dalam penentangannya terhadap pemikiran dan sistem kufur, pemikiran yang keliru, akidah yang rusak, dan pemahaman yang sesat dengan cara menjelaskan kerusakannya, menunjukkan kekeliruannya serta menjelaskan hukum Islam dalam masalah tersebut.

c.   Penentangan terhadap penguasa yang menerapkan hukum kufur dan membongkar makar mereka.

Berdasarkan hal ini, dalam konteks kekinian, aktivitas politik yang dilakukan dalam upaya penerapan syariat Islam adalah perjuangan dan berinteraksi dalam lapangan politik untuk membongkar rencana jahat negara-negara besar yang memiliki pengaruh dan dominasi di negeri-negeri muslim untuk membebaskan umat dari belenggu penjajahan dan dominasinya serta mencabut akar-akarnya baik di bidang pemikiran, kebudayaan, politik, maupun militer sekaligus mencabut perundangan mereka dari negeri-negeri kaum muslim. Juga, melakukan koreksi terhadap penguasa dengan mengungkap pengkhianatan mereka terhadap umat dan persekongkolan mereka dengan negara-negara kafir, melancarkan kritik dan kontrol kepada mereka.

 3.    Dakwah Tanpa Kekerasan

Kalau kita berbicara tentang dakwah dari segi pelaku dakwah, maka kita bisa bagi menjadi 3 bagian, yakni dakwah secara individu, dakwah secara kelompok dan dakwah oleh Negara / Daulah. Pembagian ini sangat penting dilakukan agar kita bisa melihat secara proporsional tentang kewajiban dari masing-masing pelaku dakwah tersebut.

  1.      Dakwah Individu

Aktivitas dakwah secara individu adalah secara fisik dan non fisik. Artinya, selain melakukan dakwah untuk merubah pola fikir seseorang yang dalam hal ini adalah merupakan aktivitas non fisik, maka seseorang dalam hal tertentu diperbolehkan untuk melakukan dakwah secara fisik.

  1.      Dakwah secara Berjama’ah/Kelompok

Aktivitas dakwah secara berjama’ah atau kelompok adalah hanya dibatasi dari dakwah secara non fisik saja atau hanya dalam hal pemikiran. Tidak diperbolehkan sebuah keompok dakwah menggunakan kekerasan dalam melakukan aktivitas dakwahnya.

  1.      Dakwah oleh Negara

Aktivitas Dakwah Oleh Negara adalah aktivitas dakwah non fisik dan sekaligus fisik, sebagaimana aktivitas dakwah secara individu. Dakwah yang dilakukan oleh negara berkisar pada tugas menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia dengan jihad dan dakwah, serta tugas melindungi ‘aqidah umat. Selain itu, negara juga bertugas menegakkan peradilan di tengah-tengah masyarakat, dan menghukum siapa saja yang melakukan tindak maksiat dan dosa. Negara juga berkewajiban melakukan tindakan-tindakan preventif yang ditujukan untuk menangkal dan mencegah terjadinya tindak maksiat dan dosa.

Strategi dakwah Nabi dilakuakan dengan dua tahap, yang pertama sembunyi-sembunyi. dari strategi ini bila dikaitkan pembelajaran SKI di madrasah bahwa penerapan strategi yang demikian mengandung pengertian bahwa mengajarkan SKI haruslah memakai pendekatan yang mengarah pada pembentukan karakter siswa yang mencerminkan nilai-nilai dari strategi ini.

Beberapa cara kita untuk meneladani dakwah Rasulullah SAW adalah :

1.     Disampaikan dengan penuh kehati-hatian, sabar dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, serta hal yang paling penting adalah mengaplikasikan dengan akhlak yang mulia.

2.     Rasulullah SAW memposisikan para pengikutnya sebagai sahabat. Hal ini tercermin dalam sebutan para pengikutnya, yakni dengan sebutan ‘Sahabat’. Cara seperti ini menimbulkan rasa simpati yang luar biasa, karena di dalam Islam diterapkan kesetaraan dengan begitu jelas.

3.    Rasulullah SAW. selalu bersama sahabat-sahabatnya yang baik, dalam keadaan suka maupun duka. Dengan demikian terjalin persatuan, kesatuan, dan solidaritas umat Islam yang sangat kuat.

4.    Rasulullah dan para sahabat sangat tabah dan teguh dalam berdakwah, meskipum menghadapi cercaan dan siksaan yang luar biasa dari kaum Quraisy.

5.     Dalam mendukung dakwah Rasulullah SAW., para sahabat mengorbankan tenaga, harta, jiwa, dan raga dengan sepenuh hati.

 

Sumber  : http://maryaulfah.blog.com/2013/02/10/karakteristik-dakwah-nabi-muhammad-saw/

KISAH ISRA’ DAN MIRAJ NABI MUHAMMAD SAW


Image

Isra Mi’raj merupakan peristiwa terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah kehidupan manusia, yaitu di mana seorang manusia dipertemukan dengan Penciptanya secara langsung dalam kehidupan dunia ini. Peristiwa tersebut hanya dianugerahkan Allah kepada baginda, Nabi Besar Muhammad saw. Tentunya dalam perjalanan itu banyak sekali pelajaran dan hikmah yang dapat kita petik. Jika dalam perjalanan keluar kota saja kita dapat memetik banyak pelajaran, bagaimana kiranya dalam perjalanan menjelajah alam semesta yang tujuan utamanya adalah untuk bertemu dengan Allah?
Berikut inilah ringkasan kisahnya
Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW berada di Hijir Ismail dekat Ka’bah al Musyarrofah, saat itu beliau berbaring diantara paman beliau, Sayyiduna Hamzah dan sepupu beliau, Sayyiduna Jakfar bin Abi Thalib, tiba-tiba Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil menghampiri beliau lalu membawa beliau ke arah sumur zamzam, setibanya di sana kemudian mereka merebahkan tubuh Rasulullah yang kemudian Jibril as membelah dada beliau yang mulya sampai di bawah perut beliau, lalu Jibril berkata kepada Mikail:
“Datangkan kepadaku nampan dengan air zam-zam agar aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan dadanya”.
Pembedahan menjelang Isra ini merupakan pembedahan keempat kalinya; yang pertama ketika beliau masih menyusu pada Siti Halimah Sa’diyah, yang kedua ketika usia baligh, yang ketiga ketika diangkat menjadi utusan (rasul), dan keempat ketika akan diisrakan.
Kemudian Jibril AS mengeluarkan hati beliau yang mulya lalu menyucinya tiga kali, kemudian didatangkan satu nampan emas dipenuhi hikmah dan keimanan, kemudian dituangkan ke dalam hati beliau, maka penuhlah hati itu dengan kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan penuh kepada Allah, lalu ditutup kembali oleh Jibril AS.
Dan perlu diketahui bahwa penyucian ini bukan berarti hati Nabi kotor, tidak, justru Nabi sudah diciptakan oleh Allah dengan hati yang paling suci dan mulya, hal ini tidak lain untuk menambah kebersihan diatas kebersihan, kesucian diatas kesucian, dan untuk lebih memantapkan dan menguatkan hati beliau, karena akan melakukan suatu perjalanan maha dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai kesiapan untuk berjumpa dengan Allah SWT. Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi mengatakan di dalam kitab Simtudduror:
Mereka membaringkannya dengan hati-hati
Lalu membelah dadanya dengan lemah lembut
Dan mengeluarkan apa yang mereka keluarkan
Lalu menyimpankan rahasia ilmu dan hikmah ke
dalamnya
“Tiada suatu kotoran menganggu
yang dikeluarkan malaikat dari hatinya,
Tapi mereka hanya menambahkan
Kesucian di atas kesucian…”
Dalam syarahannya mengenai hadis Isra dan Mi’raj pada kitab At-Taajul Jaami’lil ushuul fi ahaadiitsir rasuul, Syeikh Manshur Ali Nashif menulis: Sesudah itu mereka (para malaikat) mendatangkan kepada Rasululah seekor hewan putih lebih kecil dari baghal tetapi lebih besar dari keledai, yaitu hewan buraq. Buroq tersebut dahulunya sering dinaiki oleh para nabi sebelum Nabi Muhammad saw. Buroq adalah hewan yang besarnya lebih tinggi dari keledai tetapi lebih rendah dari baghal; warna kulitnya putih dan mempunyai dua sayap yang ada di sebelah kanan dan kirinya. Sekali lompat dapat mencapai sejauh matanya memandang; apabila turun kedua kaki depannya memanjang, dan apabila naik kedua kaki belakangnya memanjang, sehingga punggungnya tetap stabil. Nabi saw menaikinya lalu terbang dengan diiringi oleh Malaikat Jibril dan Malaikat Mikail.
Mereka terus melaju, mengarungi alam ciptaan Allah SWT yang penuh keajaiban dan hikmah dengan Inayah dan Rahmat-Nya.
Saudaraku, jika kita perhatikan dengan baik Isra Mi’raj Nabi Muhammad saw, maka tampaklah sebuah kenyataan bahwa perjalanan itu merupakan perjalanan menuju tempat-tempat yang berkah, menemui manusia-manusia yang berkah dan kemudian bertemu dengan sumber segala keberkahan, yaitu Allah yang Maha Kuasa. Secara jelas Allah mewahyukan:
Allah berfirman:
سُبْحَانَ الَّذِيْ أَسْـرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنَ الْمَسْــجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْـجِدِ الأَقْصى الَّــذِيْ بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ .
Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami BERKAHI sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Al-Isra, 17:1)
Nabi saw berangkat dari Mekah, kota yang penuh berkah, menuju Masjidil Aqsha yang penuh berkah dan sebelumnya juga singgah di tempat-tempat yang berkah. Dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Nasa’i, Rasulullah saw bersabda:
“Aku diberi seekor hewan yang lebih tinggi dari keledai dan lebih rendah dari baghal. Langkah hewan itu sejauh pandangannya. Aku menungganginya, dan Jibril Alaihissalam mendampingiku. Aku pun pergi. Di sebuah tempat Jibril berkata, “Turunlah, shalatlah di sini.” Aku pun turun dan shalat. Setelah itu Jibril berkata, “Tahukah di mana engkau tadi shalat?” Engkau tadi shalat di Thaibah (Madinah), di sanalah tempat hijrahmu.” (Setelah melanjutkan perjalanan) Jibril berkata, “Turunlah di sini dan shalatlah.” Aku pun melaksanakan permintaannya. Setelah itu Jibril berkata, “Tahukah di mana engkau tadi shalat? Engkau shalat di Thursina, di mana Allah ‘Azza wa Jalla berbicara kepada Musa ‘Alaihissalam.” (Setelah melanjutkan perjalanan) Jibril berkata, “Turunlah di sini dan shalatlah.” Aku pun turun dan shalat. Setelah itu Jibril berkata, “Tahukah di mana engkau tadi shalat? Engkau shalat di Bethlehem, tempat kelahiran Isa Alaihissalam.” Setelah itu aku memasuki Baitul Maqdis, di sana semua Nabi ‘Alaihissalam dikumpulkan untuk (bertemu dengan)ku. Jibril kemudian membawaku ke depan (untuk menjadi imam). Aku pun lalu mengimami mereka…” (HR Nasa’i)
Coba anda perhatikan, ternyata Nabi saw diajak untuk singgah di tempat-tempat yang penuh berkah. Beliau saw singgah di Madinah, dan shalat di sana, singgah di bukit Thursina, tempat di mana Nabi Musa as diangkat menjadi Rasul, dan beliau shalat di sana. Kemudian beliau singgah di Bethlehem, tempat kelahiran Nabi Isa as, dan shalat di sana. Perjalanan ini berawal dari Makkah di mana terdapat Kabah yang DIBERKAHI dan merupakan pusat ibadah umat islam. Ia merupakan rumah pertama yang dibangun di muka bumi. Usia kabah setara dengan usia bumi ini. Allah mewahyukan:
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang DIBERKAHI dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (Ali Imran, 3:96)
Siapapun yang berkunjung ke sana akan mendapatkan banyak manfaat, ia akan bertemu manusia dari segala bangsa, mendapat percikan cahaya iman mereka, dapat pula memperoleh keuntungan duniawi, memberikan rasa aman (3:97), dan pahala ibadah yang kita lakukan di sekitar kabah berlipat ganda dibandingkan di tempat lain.
Persinggahan Isra’ Rasulullah diantaranya adalah Thaibah yakni Kota Madinah yang memiliki banyak keberkahan. Kota inilah pelabuhan hijrah Nabi Muhammad saw beserta para sahabat. Dari kota inilah cahaya Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia. Dari sekian banyak keberkahan, keberkahan terbesar Madinah adalah bersemayamnya Nabi Muhammad saw di sana. Tidak ada tanah yang lebih mulia dari tanah yang di dalamnya terdapat tubuh manusai yang paling bertakwa, yang paling mulia, yang paling dicintai Allah yaitu baginda Rasulullah saw. Ingatkah Anda ketika pemuda Anshar kurang puas dengan pembagian hasil perang, di mana Nabi saw lebih banyak memberi warga Mekah yang baru memeluk Islam untuk menarik hati mereka? Apa sabda Nabi saw kepada Anshar, warga Madinah, coba Anda simak:
“Tidak senangkah kalian, jika mereka pulang ke rumahnya membawa harta rampasan perang, sedangkan kalian pulang membawa Rasulullah saw ke rumah-rumah kalian? Andaikata kaum anshar melewati sebuah lembah atau lereng, maka aku akan melewati lembah atau lereng yang dilewati Anshar.” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ahmad)
Dalam kesempatan lain baginda Muhammad saw bersabda:
“Barangsiapa mampu untuk meninggal dunia di kota Madinah, maka hendaknya dia lakukan hal itu, sebab aku akan memberikan syafaat kepada orang yang meninggal di Madinah. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)
Karena itulah para ulama dan segenap umat Islam dari zaman ke zaman memuliakan kota Madinah dan mengharapkan keberkahannya. Imam Syafi’i bercerita: Didepan pintu rumah Imam Malik kulihat tertambat seekor kuda Mesir yang sangat indah. Aku belum pernah melihat kuda sebaik itu. “Betapa indah kuda itu,” ucapku kepada beliau. “Wahai Abu Abdillah, kuhadiahkan kuda itu kepadamu.”
“Simpanlah seekor hewan sebagai tungganganmu,” ujarku.
“Aku malu kepada Allah untuk menginjak tanah yang di dalamnya terdapat Nabi Muhammad saw dengan kaki hewan tungganganku,” jawab imam Malik ra.
Kemudian beliau saw singgah di bukit Thursina ini yang mana keberkahannya tertulis di dalam Al Quran, Allah mewahyukan:
“Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir LEMBAH YANG DIBERKAHI, dari sebatang pohon kayu, yaitu: “Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-Qashash, 28: 30)
Kemudian persinggahan Isra berikutny adalah Bethlehem tempat dimana Nabiyallah Isa as dilahirkan. Dimana pun Nabi Isa as berada, senantiasa membawa keberkahan bagi penduduk sekitarnya. Nabi Isa sendiri telah menyatakan bahwa diri beliau diberkati, Allah mewahyukan:
“Dan DIA menjadikan Aku seorang yang DIBERKATI di mana pun aku berada.” (Maryam, 19:31)
Ketika menjelaskan ayat ini, Syeikh Abdulqadir Al-Jailani ra berkata: Di antara keberkahan Nabi Isa as adalah berbuahnya pohon kurma untuk ibu beliau Ash-Shiddiqiyyah Maryam as. Kemudian, munculnya air dari bawah pohon kurma itu. Kejadian ini tiada lain adalah di Bethlehem tempat di mana Nabi Isa as dilahirkan.
Allah Azza Wa jalla mewahyukan:
Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu.” (Maryam, 19:24-26)
Setelah singgah di tempat-tempat yang berkah, barulah Nabi saw berangkat menuju Masjidil Aqsha yang disekelilingnya diberkati Allah.
Para ulama menjelaskan bahwa daerah sekitar masjidil Aqsha dikatakan berkah karena dua hal, pertama adalah karena tanahnya subur dan kaya akan hasil bumi. Kedua, karena begitu banyak Nabi dan orang-orang saleh yang dimakamkan di sana.
Saudaraku, kita semua tahu, bahwa inti Isra Mi’raj adalah pertemuan Nabi Muhammad dengan Allah. Pertanyaannya, mengapa sebelum pertemuan itu Allah memerintahkan Nabi saw untuk singgah di tempat-tempat yang bersejarah tersebut? Semua itu tiada lain adalah sebuah bentuk pembelajaran.
Allah ingin memberitahukan kepada kita bahwa napak tilas para Nabi, rasul dan kaum sholihin adalah tempat-tempat yang mulia, kita tidak boleh melupakannya begitu saja. Di sana terdapat banyak keberkahan yang dapat kita peroleh. Sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw dalam Isra Mi’raj di atas, maka seyogyanya kita juga melakukan perjalanan ibadah ke tempat-tempat bersejarah Islam, napak tilas para Nabi dan kaum sholihin. Semoga sunnah Nabi saw ini dapat kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Demikianlah perjalanan ditempuh oleh beliau SAW dengan ditemani Jibril dan Mikail, begitu banyak keajaiban dan hikmah yang beliau temui dalam perjalanan itu sampai akhirnya beliau berhenti di Baitul Maqdis (Masjid al Aqsho). Beliau turun dari Buraq lalu mengikatnya pada salah satu sisi pintu masjid, yakni tempat dimana biasanya Para Nabi mengikat buraq di sana.
Kemudian beliau masuk ke dalam masjid bersama Jibril AS, masing-masing sholat dua rakaat. Setelah itu sekejab mata tiba-tiba masjid sudah penuh dengan sekelompok manusia, ternyata mereka adalah para Nabi yang diutus oleh Allah SWT. Diantara jamaah para nabi tersebut Nabi saw melihat Nabi Musa as sedang shalat, yang ternyata ia berbadan kurus dan berambut keriting, seakan-akan seseorang dari kalangan Bani Syanu’ah. Beliau pun melihat Nabi Isa Ibnu Maryam as sedang shalat, orang yang paling mirip dengannya ialah ‘Urwah ibnu Mas’ud Ats-Tsaqafi. Beliau juga melihat Nabi Ibrahim as sedang shalat dan orang yang paling mirip dengannya ialah beliau sendiri. Kemudian dikumandangkan adzan dan iqamah, lantas mereka berdiri bershof-shof menunggu siapakah yang akan mengimami mereka, kemudian Jibril AS memegang tangan Rasulullah SAW lalu menyuruh beliau untuk maju, kemudian mereka semua sholat dua rakaat dengan Rasulullah sebagai imam. Hal ini mengisyaratkan bahwa Nabi Muhammad saw lebih utama dan lebih mulia daripada mereka di sisi Allah. Beliaulah Imam (Pemimpin) para Anbiya’ dan Mursalin. Ketika beliau saw selesai dari shalat, tiba-tiba ada seseorang mengatakan, “Hai Muhammad, ini adalah Malaikat malik penjaga pintu neraka, ucapkanlah salam kepadanya”. Aku menoleh dan ternyata dialah yang memulai bersalam kepadaku.
Kemudian setelah beliau menyempurnakan segalanya, — Syeikh Manshur menjelaskan – lalu dipasang untuk beliau Mi’raj, yaitu berupa tangga yang memiliki tingkatan-tingkatan sesuai dengan jumlah lapisan langit. Barangsiapa yang menaiki satu derajat dari Mi’raj itu, maka Mi’raj akan membawanya naik ke tingkatan yang selanjutnya lebih cepat dari sekejap mata sampai akhirnya beliau SAW berjumpa dengan Allah dan berbicara dengan Nya, yang intinya adalah beliau dan umat ini mendapat perintah sholat lima waktu. Sungguh merupakan nikmat dan anugerah yang luar biasa bagi umat ini, di mana Allah SWT memanggil Nabi-Nya secara langsung untuk memberikan dan menentukan perintah ibadah yang sangat mulya ini. Cukup kiranya hal ini sebagai kemulyaan ibadah sholat. Sebab ibadah lainnya diperintah hanya dengan turunnya wahyu kepada beliau, namun tidak dengan ibadah sholat, Allah memanggil Hamba yang paling dicintainya yakni Nabi Muhammad SAW ke hadirat Nya untuk menerima perintah ini.
Ketika beliau dan Jibril sampai di depan pintu langit dunia (langit pertama), ternyata disana berdiri malaikat yang bernama Ismail, malaikat ini tidak pernah naik ke langit atasnya dan tidak pernah pula turun ke bumi kecuali disaat wafatnya Rasulullah SAW, dia memimpin 70 ribu tentara dari malaikat, yang masing-masing malaikat ini membawahi 70 ribu malaikat pula.
Jibril meminta izin agar pintu langit pertama dibuka, maka malaikat yang menjaga bertanya:
“Siapakah ini?”
Jibril menjawab: “Aku Jibril.”
Malaikat itu bertanya lagi: “Siapakah yang bersamamu?”
Jibril menjawab: “Muhammad saw.”
Malaikat bertanya lagi: “Apakah beliau telah diutus (diperintah)?”
Jibril menjawab: “Benar”.
Setelah mengetahui kedatangan Rasulullah malaikat yang bermukim disana menyambut dan memuji beliau dengan berkata:
“Selamat datang, semoga keselamatan menyertai anda wahai saudara dan pemimpin, andalah sebaik-baik saudara dan pemimpin serta paling utamanya makhluk yang datang”.
Fahamlah kita dari ucapan ini, tidak ada satupun makhluk yang lebih mulia menginjak langit pertama melebihi Sayyidina Muahmmad shallallahu ‘alaihi wasallam
Maka dibukalah pintu langit dunia ini”.
Setelah memasukinya beliau bertemu Nabi Adam dengan bentuk dan postur sebagaimana pertama kali Allah menciptakannya. Nabi saw bersalam kepadanya, Nabi Adam menjawab salam beliau seraya berkata:
“Selamat datang wahai anakku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.
Di kedua sisi Nabi Adam terdapat dua kelompok, jika melihat ke arah kanannya, beliau tersenyum dan berseri-seri, tapi jika memandang kelompok di sebelah kirinya, beliau menangis dan bersedih. Kemudian Jibril AS menjelaskan kepada Rasulullah, bahwa kelompok disebelah kanan Nabi Adam adalah anak cucunya yang bakal menjadi penghuni surga sedang yang di kirinya adalah calon penghuni neraka.
Kemudian beliau naik ke langit kedua, seperti sebelumnya malaikat penjaga bertanya seperti pertanyaan di langit pertama. Akhirnya disambut kedatangan beliau SAW dan Jibril AS seperti sambutan sebelumnya. Di langit ini beliau berjumpa Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Yahya bin Zakariya, keduanya hampir serupa baju dan gaya rambutnya.
Nabi saw menyifati Nabi Isa bahwa dia berpostur sedang, putih kemerah-merahan warna kulitnya, rambutnya lepas terurai seakan-akan baru keluar dari hammam, karena kebersihan tubuhnya.
Nabi bersalam kepada keduanya, dan dijawab salam beliau disertai sambutan: “Selamat datang wahai saudaraku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.
Kemudian tiba saatnya beliau melanjutkan ke langit ketiga, setelah disambut baik oleh para malaikat, beliau berjumpa dengan Nabi Yusuf bin Ya’kub. Beliau bersalam kepadanya dan dibalas dengan salam yang sama seperti salamnya Nabi Isa.
Nabi berkomentar: “Sungguh dia telah diberikan separuh ketampanan”. Dalam riwayat lain, beliau bersabda: “Dialah paling indahnya manusia yang diciptakan Allah, dia telah mengungguli ketampanan manusia lain ibarat cahaya bulan purnama mengalahkan cahaya seluruh bintang”.
Ketika tiba di langit keempat, beliau berjumpa Nabi Idris AS. Kembali beliau mendapat jawaban salam dan doa yang sama seperti Nabi-Nabi sebelumnya.
Di langit kelima, beliau berjumpa Nabi Harun bin ‘Imran AS, separuh janggutnya hitam dan seperuhnya lagi putih (karena uban), lebat dan panjang.
Pada tahapan langit keenam inilah beliau berjumpa dengan Nabi Musa AS, seorang nabi dengan postur tubuh tinggi, putih kemerah-merahan kulit beliau. Nabi saw bersalam kepadanya dan dijawab oleh beliau disertai dengan doa. Setelah itu Nabi Musa berkata: “Manusia mengaku bahwa aku adalah paling mulyanya manusia di sisi Allah, padahal dia (Rasulullah saw) lebih mulya di sisi Allah daripada aku”.
Setelah Rasulullah melewati Nabi Musa, beliau menangis. Kemudian ditanya akan hal tersebut. Beliau menjawab: “Aku menangis karena seorang pemuda yang diutus jauh setelah aku, tapi umatnya lebih banyak masuk surga daripada umatku”.
Kemudian Rasulullah saw memasuki langit ketujuh, di sana beliau berjumpa Nabi Ibrahim AS sedang duduk di atas kursi dari emas di sisi pintu surga sambil menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur.
Setelah Rasulullah bersalam dan dijawab dengan salam dan doa serta sambutan yang baik, Nabi Ibrahim berpesan: “Perintahkanlah umatmu untuk banyak menanam tanaman surga, sungguh tanah surga sangat baik dan sangat luas”. Rasulullah bertanya: “Apakah tanaman surga itu?”, Nabi Ibrahim menjawab: “(Dzikir) Laa haula wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim”.
Dalam riwayat lain beliau berkata:
“Sampaikan salamku kepada umatmu, beritakanlah kepada mereka bahwa surga sungguh sangat indah tanahnya, tawar airnya dan tanaman surgawi adalah Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar”.
lantas Rasul berkata setelah itu aku di naikkan ke Baitul Ma’mur yang tempatnya tepat berada diatas Ka’bah, lantas aku berkata pada Jibril, “apa ini wahai Jibril?”
Jibril berkata :
“ini Baitul Ma’mur, 70 ribu malaikat shalat setiap harinya dan keluar dari Baitul Ma’mur 70 ribu dan tidak pernah kembali lagi terus keluar 70 ribu tepat diatas ka’bah al Musyarrafah tempatnya”
Hadirin hadirat lantas Rasul saw dinaikan lagi sampai mendengar lauhul mahfud (ketentuan takdir) sampai ia mendengar yaitu keputusan-keputusan Allah swt lantas setelah itu diperintah untuk menghadap langsung kepada Allah swt, Jibril berhenti tidak meneruskan menemani lagi, karena dalam riwayat yang lainya Jibril berkata : “aku tidak mampu terus menghadap kepada Allah karena tidak diizinkan untuk menghadap, hanya engkau yang diizinkan untuk menghadap, kalau aku naik aku akan hancur terbakar dengan cahaya hijab, dari hijabnya Allah swt, cahaya dari 70 ribu tabir cahaya yang menutupi makhluk dengan Al Khaliq, jika sampai aku ke hijab itu aku akan terbakar” kata Jibril.
70 ribu tabir terbuka untuk Sayyidina Muhammad saw, saat itulah beliau berjumpa dengan Allah subhanahu wata’ala, dan Allah subhanahu wata’ala telah berfirman :
“Saat itu sangat dekat dia dengan Allah subhanahu wata’ala” (QS Annajm 8-9)
Diantara sekian banyak rahasia didalam mi’raj diantaranya adalah ucapan para penyair bahwa ketika Nabi Musa a.s menghadap Allah Swt di Bukit Tursina, maka disaat itu diperintahkan kepada Musa :
“lepas kedua sandal mu wahai Musa kau berada di lembah yang suci” (QS Thaahaa 12)
Maka disaat Rasulullah saw Mi’raj naik ke hadhratullah tidak diperintah membuka kedua sandalnya, maka berkata para penyair dalam syairnya manakah yang lebih mulia sandal atau Jibril as, jibril tidak bisa naik kehadhratullah tapi sandalnya Rasulullah naik ke hadhratullah swt, tentu jibril as lebih mulia dari sandal, sandal hanya terbuat dari kulit kambing tapi karena sandal terikat dengan kaki Sayyidina Muhammad saw walaupun terbuat dari kulit kambing karena terikat dengan kaki Rasulullah saw, demikian pakaian Rasulullah saw naik ke hadirat Allah swt, tidak diperintah membuka kedua sandalnya sebagai tanda bahwa orang-orang yang terikat hatinya dengan Rasulullah saw sangat dekat dengan Allah swt, Allah tidak perintahkan semua yang bersama Rasul untuk berpisah, bahkan sandalnya pun tidak diperintahkan dibuka menunjukkan lebih lagi hatinya yang terikat cinta pada Sayyidina Muhammad saw, mereka mendapatkan rahasia kemuliaan isra’ wal mi’raj, seluruh ummat beliau buktinya, saat kita shalat kita mengulang kembali kalimat percakapan Allah dengan Nabi Muhammad saw: yaitu : attahiyyatul Mubaarakaatu….dst.
kalimat itu kalimat percakapan antara Allah dan Nabi Muhammad saw, kau ucapkan didalam shalat, setiap shalat kita mengucapkannya, rahasia kemuliyaan isra’ wal mi’raj tumpah pada kita 5 kali setiap harinya, ingin lebih lakukan lagi, ada shalat dhuha, ada shalat witir, ada shalat tahajjud, ada shalat shalat lainnya.
Diriwayatkah didalam Assyifa oleh Hujjatul Islam Al Qadhi’iyad rah. bahwa di saat itu Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan :
“Saat aku naik menuju Mi’raj aku melihat dilangit itu para malaikat gemuruh dengan dzikir dan tasbih dan warna dan bentuk yang belum pernah aku lihat di permukaan bumi ada warna seperti itu dan bentuk seperti itu dan kulihat hamparan surga itu bentangan tanahnya adalah Misk yang di keringkan, minyak wangi yang mengering dari indahnya di campur dengan berlian dan juga mutiara dan kemudian aku sampai ketika menembus Muntahal khalai’iq (batas akhir seluruh Makhluk) tidak lagi kudengar satu suarapun, sepi dan senyap, tidak ada lagi bentuk dan warna warni dan saat itu akupun mendengar satu suara :
“mendekat mendekat wahai Muhammad, tenangkan dirimu dari ketakutanmu wahai Muhammad”
maka beliau pun bersujud lalu berkata : Attahiyyatul Mubaarakaatusshalawaatutthayyibaatu lillah“
(Rahasia keluhuran, kebahagiaan, kemuliaan, keberkahan, milik Allah dan untuk Allah subhanahu wata’ala)
Maka aku mendengar jawaban ucapan Rasul : Assalaamu alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakaatuh”, (Salam sejahtera wahai Nabi dan Rahmatnya Allah, dan keberkahannya)
Maka aku menjawab : “Assalaamu alaina, wa alaa ibaadillahisshaalihiin” (Salam sejahtera bagi kami (yaitu aku dan ummatku), dan hamba hamba yg shalih (yaitu para nabi dan malaikat)
Beliau tidak mau mengambil rahasia salam sejahtera dari Allah sendiri, tapi ingin menyertakan Ummat Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dengan ucapan :
“salam sejahtera untuk kami dan para hamba Allah yang Shaleh yaitu para malaikat dan para Rasul dan Nabi”
Demikian sebagian ulama menjelaskan.
Saudaraku, maka di wajibkannya 50 waktu shalat, lantas beliau turun berjumpa dengan Nabiyallah Musa As,
“apa yang dikatakan Tuhanmu?”
“aku di berikan hadiah untuk membawa shalat 50 waktu”
“baliklah..!, bani Israil tidak mampu melakukan 50 waktu apalagi ummatmu, Ummatmu lebih pendek usianya, lebih lemah, lebih tidak berdaya, balik lagi minta kekurangan”
Maka Rasulullah saw kembali, ketika meminta kekurangan seraya berkata :
“Wahai Allah sungguh Ummatku sudah sangat lemah dibanding ummat-ummat sebelumnya” Maka Allah subhanahu wata’ala menguranginya 10 menjadi 40 waktu,
Dia turun pada Nabiyallah Musa, Musa a.s berkata :
“apa yang kau dapat, di kurangi berapa?”
Rasul saw menjawab : “sepuluh”
“kembalilah lagi, 40 waktu tidak mampu ummatmu, minta dikurangi lagi, minta keringanan”
Maka Nabi saw balik lagi pada Allah, dikurangkan lagi 10 hingga demikian sampai 5 waktu yaitu beliau bulak balik demi minta keringanan.
Didalam salah satu riwayat Nabiyallah Musa a.s itu ketika beliau a.s mendengar firman Allah Swt di bukit Tursina, setelahnya ia turun dari bukit tersebut sambil menutup telingannya dari semua suara benda dan hewan karena ia tidak tahan mendengar buruknya suara benda dan hewan karena ia telah mendengar suara yang sangat begitu lembut dan indah mewakili firmannya Allah Swt hingga ia tidak kuat mendengar suara air, suara burung, suara manusia, suara hewan yang semuanya menyakiti telinga Musa a.s. Hal itu terjadi pada Nabiyallah Musa a.s di dunia. cahaya terang pun terlihat diwajah Nabiyallah Musa yang dilihat oleh istri dan anak-anaknya hingga mereka berkata, “Demikian terang benderang wajahmu.” Nabiyallah Musa As berkata : “Aku tadi mendapat firman Allah Swt.” maka ketika di malam isra’ wal mi’raj Nabi Musa a.s melihat wajah Rasulullah Saw sesaat setelah kembali dari hadapan Allah Swt dengan wajah yang terang benderang bias dari cahaya Rabbul’alamin swt, Nabiyallah Musa a.s bahkan mencari alasan supaya Muhammad kembali lagi ke atas supaya bisa balik lagi, jumpa lagi, melihat lagi cahaya keindahan Allah, wajah Beliau bagaikan cermin yang mencerminkan cahaya keagungan Ilahi, balik lagi keatas, balik lagi hingga berkali kali Nabi Musa a. bisa menikmati bias dari cahaya keindahan Rabbul’alamin yang terlihat di wajah Sayyidina Muhammad Saw dan setelah itu Nabiyallah Musa pun ketika Rasul berkata :
“sudah cukup 5 waktu tadi sudah di beri pahala 50 waktu oleh Allah subhanahu wata’ala”
”Kembali lagi”
Rasul berkata : “aku sudah malu, karna Allah Swt sudah berfirman : “ Aku sudah lewatkan dan sudah jalankan fardhu Ku untuk hamba-hamba Ku”(Shahih Bukhari)
Yaitu Allah Swt telah menentukannya dan tidak lagi merubahnya 5 waktu, Allah Maha tahu shalat itu 5 waktu bukan 50 waktu, namun Allah ingin memberi isyarat kepada sang Nabi dan kepada ummat beliau yaitu kita berapa besarnya rindu kita kepada Allah Swt, berapa besarnya rindu Allah pada kita, Allah meminta 50 kali kita menghadap, kita 5 kali saja ada yang masih malas dan keberatan, berapa cinta Allah kepada kita, berapa cinta kita kepada Allah, Allah minta 50 kali, karena kita lemah kita diberi 5 kali tapi sama dengan 50 waktu seakan akan 50 kali menghadap Allah, inilah cinta nya Rabbul’alamin kepada hamba-Nya.
Rasul saw kembali membawakan kepada kita hadiah Ilahiyah berupa 5 waktu yang mulya, 5 waktu suci untuk menghadap Ilahi, jiwa dengan jiwa, ruh dengan ruh. Walaupun jasad kita di bumi tapi ruh dan jiwa kita dan sanubari kita saat mulai takbiratul ihram hingga salam saat itu terbuka hijab antara hamba dengan Allah swt, sebagaimana hadits Rasul saw: “Barang siapa yang melakukan shalat sungguh ia sedang berbicara dan bercakap cakap dan menghadap Allah subhanahu wata’ala

Usai Sholat Nabi dan Sahabat Berzikir dan Berdoa dgn Suara Keras


subhanallah begitu indahnya Rasulullah mendidik para sahabatnya ^^

Kabar tentang Dunia Islam

Kalau sehabis sholat Imam tidak zikir dan doa dgn suara keras bersama2 makmumnya, lama2 sebagian makmum tidak akan hafal zikir dan doa yg benar habis sholat.
Bagaimana bisa para sahabat dan penerusnya bisa menyampaikan ke kita zikir2 dan doa2 Nabi yg panjang usai sholat jika zikir dan doa Nabi tak bisa mereka dengar? Doa dan Zikir yang panjang tidak mungkin bisa kita hafal cuma dengan 1-2 kali dengar saja. Mesti berulang kali agar hafal dan bisa disebar ke yang lain. Inilah yang namanya SYIAR ISLAM. Yang dilarang adalah suara yang terlampau keras sepertu suara keledai.
Agama itu hanya dipahami oleh orang yang berakal.

Lihat pos aslinya 235 kata lagi

“.. Janganlah k…


“.. Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita..” at-Taubah : 40

Allah SWT senantiasa melihat kita, mendengar pembicaraan kita, menolong kita dari musuh-musuh kita , memudahkan urusan kita serta memberikan jalan keluar yang baik dari semua persoalan kita.